Aquasprite Theme Demo

Manjakan Lidah dengan Kuliner Jawa Timur

Jumat, 15 Januari 2010 , Posted by Roman_09 at 08.58

Saya, dan dua orang rekan sekantor melakukan perjalanan dinas ke Jawa Timur , tepatnya ke Trenggalek dan Kediri. Untuk mempermudah transportasi, kami naik pesawat ke Malang dan kembali ke Jakarta melalui Solo. Selama empat lima hari perjalanan, tak lupa kami sempatkan untuk memanjakan lidah dengan menikmati makanan khas di kota yang kami kunjungi, mulai dari Malang sampai Solo. Rupanya Malang, tak hanya terkenal dengan apelnya. Namun, sayur rawonnya cukup cukup nikmat. Rawon Rumah Makan Anda, yang terletak di Kepanjen, misalnya. Selain bumbunya kental, potongan dagingnya pun lebih besar dibanding potongan daging rawon biasanya. Rasanya ,cukup nikmat .

Trenggalek tak kalah memikat. Pastikan anda mampir di rumah makan ayam lodho Pak Yusuf. Tepatnya di Kecamatan Pogalan, Jalan raya yang menghubungkan trenggalek dan Tulungangung. Sepintas, bentuknya mirip ayam pop yang terkenal di Rumah makan Padang. Ayam lodho dibuat dari ayam kampung muda yang direbus, kemudian dibakar. Setelah dibakar, ayam dikukus dan terkahir diungkeb dengan bumbu dan santan.

Sementara kuahnya dibuat dari santan kanil dan sisa minyak ayam yang menetes saat dibakar, dan diberi cabai rawit utuh. Masakan khas ini disajikan dengan nasi uduk dan urab . Nyam-nyam enak sekali. Soal hargapun cukup terjangkau.Satu ekor ayam lodho dihargai Rp. 40.000 yang bisa dimakan untuk 4 orang. Hmm.... aromanya sangat harum dan rasa gurihnya membangkitkan selera. Pengalaman saya dan 7 orang teman hanya habis Rp. 135.000. Padahal sudah lengkap dengan minuman jeruk dan teh manis serta kerupuk dan pisang sebagai pencuci mulut.

Lain Trenggalek, Lain di Kediri. Nasi tumpang atau nasi pecel pincuk Kediri tak tertandingi. Pada malam hari, di sepanjang jalan Dhoho, yang juga pusat pertokoan ini berjejer penjual pecel lesehan perko alias emper toko.

”Saya sudah jualan pecel sejak 30 tahun lalu,ujar Bu Supiah yang mangkal di depan toko mas Mulia,Jalan Dhoho. Bahkan, perempuan berusia 65 tahun ini termasuk pelopor pecel tumpang di Kediri. ”Dulu belum ada yang jual di sini. Saya sudah jualan pecel gendong,” tutur Supiah, sambil menuangkan sambal pecel di pincuk daun. Kekhasan pecel Kediri selain alasnya menggunakan daun, sayuran pecelnya menggunakan bunga turi rebus,kemangi mentah, dan biji lamtoro.

Satu lagi, yang menambah nikmat adalah rempeyek goreng. Bagi mereka yang ingin mencoba sambel tumpang,mirip seperti sambel pecel hanya dibuat dari tempe setengah busuk (semangit) yang dimasak dengan santan dan bumbu.....Wow, rasanya sedap.

Masih ada lagi. Jika dirasa kurang lauk, pembeli bisa memilih lauk lain yang tersedia mulai dari tempe goreng, bacem paru, babat, rempelo ati ayam sampai ayam bumbu rujak dan aneka lauk lainnya. Soal harga. Jangan kaget. Nasi pecel, tahu dan peyek hanya dihargai Rp.2500/porsi. Untuk teman makan pecel, tak jauh dari ”warung” Bu Supiah, tersedia penjual wedang ronde yang dengan setia mengantarkan pesanan . lumayan nikmat sebagai penghangat badan di malam hari. Harganya, hanya Rp.1.500 /mangkuk. Murah bukan!

Selain itu, Kediri juga ada memiliki makanan yang dikenal dengan nama krengsengan daging/rempela ati yang mirip semur tetapi pedas atau tahu takwa yang sudah banyak dikenal.

Perjalanan dilanjutkan ke Solo.Nasi liwet lesehan Bu Wongso lemu, di Keprabon kulon jadi pilihan makan malam. Awalnya, kami sempat bingung,di istu berjejer penjual nasi liwet. Anehnya, semua mengaku Bu Wongso lemu, seperti terpampang di spanduk. ”Ini yang asli. Banyak artis dan menteri yang makan di sini,” ujar tukang parkir yang mangkal

Akhirnya, kami ikuti saran si tukang parkir. Di situ, terpampang foto-foto beberapa artis sampai Taufik Kiemas dengan “Bu Wongso lemu yang dalam spanduk tertulis terkenal sejak tahun 1950. Saya sendiri tak peduli mana yang asli. Yang pasti, rasanya luar biasa, sedap sekali...membuat air liur menetes.

Rasa gurih dan harum santannya menggugah selera. Belum lagi, ditemani wedang jahe yang ditambahi jahe bakar keprek” atau wedang ronde. Apalagi sembari ditemani suara tembang jawa yang dinyanyikan oleh musisi jalanan lengkap bekebaya dan berkonde. Wow....makan malam yang tak terlupakan. Soal harga, cukup terjangkau, sekitar Rp.20.000/porsi sudah termasuk minum, kerupuk dan lauk tambahan seperti kepala ayam, tahu atau rempela ati............

Sayang perjalanan harus kami akhiri.. Saya, dan dua teman sekantor, Rio dan Dwi harus kembali ke Jakarta dengan pesawat pertama, esok paginya. Ternyata, Indonesia memang kaya dengan makanan khas. Nyam..nyam

Penulis : Puji Sumedi
Sumber : Kompas

Currently have 0 komentar:

Leave a Reply

Posting Komentar